Sabtu, 17 April 2010

Bank Syariah tidak Sebatas Masalah Uang

JALAN Allah menentukan lain terhadap perjalanan Dr. H. M. Syafii Antonio, M.Ec. Syafii lahir di Sukabumi, Jawa Barat, 12 Mei 1965, dengan nama asli Nio Cwan Chung. Keseriusannya menekuni ekonomi syariah sehingga menjadi pakar ekonomi syariah terkemuka tak lepas dari kondisi umat Islam.

Kehidupan keluarga Syafii yang Kong Hu Chu sangat memberikan kebebasan dalam memilih agama sehingga sempat memilih agama Kristen Protestan. Namanya pun berganti menjadi Pilot Sagaran Antonio. "Anehnya, keluarga amat kecewa kalau saya memilih Islam sebagai agama," katanya seperti dikutip muallaf.com.

Sikap tersebut berangkat dari image gambaran buruk terhadap pemeluk Islam. Ayah saya sebenarnya melihat ajaran Islam itu bagus. Apalagi dilihat dari sisi Alquran dan hadis. "Tapi, ayah saya sangat heran pada pemeluk Islam yang tidak mencerminkan kesempurnaan ajaran agamanya," katanya.

Gambaran buruk tentang kaum Muslimin itu terlihat dari banyaknya umat Islam yang berada dalam kemiskinan, keterbelakangan, dan kebodohan. "Bahkan, sampai mencuri sandal di musala pun dilakukan oleh umat Islam sendiri. Jadi keindahan dan kebagusan ajaran Islam dinodai oleh perilaku umatnya yang kurang baik," ungkapnya.

Kendati demikian, buruknya citra kaum Muslimin tak membuat saya kendur untuk mengetahui lebih jauh tentang agama Islam. Dalam melakukan studi perbandingan ini, Syafii menggunakan tiga pendekatan, yakni pendekatan sejarah, pendekatan alamiah, dan pendekatan nalar rasio biasa.

Berdasarkan tiga pendekatan itu, Syafii melihat Islam benar-benar agama yang mudah dipahami apalagi dengan Alquran. "Kitab suci ini penuh dengan kemukjizatan, baik ditinjau dari sisi bahasa, tatanan kata, isi, berita, keteraturan sastra, data-data ilmiah, dan berbagai aspek lainnya," katanya.

Ajaran Islam juga memiliki sistem nilai yang sangat lengkap dan komprehensif, meliputi sistem tatanan akidah, kepercayaan, dan tidak perlu perantara dalam beribadah.

Nama Syafii Antonio disematkan K.H. Abdullah bin Nuh al-Ghazali pada tahun 1984 ketika mengucapkan dua kalimat syahadat pertama kalinya. Kemudian ia mempelajari bahasa Arab di Pesantren an-Nidzom, Sukabumi, di bawah pimpinan K.H. Abdullah Muchtar.

Lulus SMA, Syafii melanjutkan ke ITB dan IKIP, tapi kemudian pindah ke IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Itu pun tidak lama, kemudian ia melanjutkan sekolah ke University of Jordan (Yordania).

"Selesai studi S-1, saya melanjutkan program S-2 di International Islamic University (IIU) di Malaysia, khusus mempelajari ekonomi Islam," kata pria yang aktif di Yayasan Haji Karim Oei yang khusus menangani mualaf warga keturunan.

Pendidikan terakhir Syafii yang menjabat pimpinan Yayasan Tazkia adalah S-3 Banking & Micro Finance, University of Melbourne dan lulus tahun 2004. Syafii masih tercatat sebagai Komite Ahli Pengembangan Perbankan Syariah pada Bank Indonesia dan dewan syariah di beberapa perbankan syariah.

Awal Syafii berkecimpung di perbankan syariah saat masih kuliah di Malaysia ketika bertemu delegasi Indonesia yang akan mendirikan bank syariah setelah melihat contoh bank syariah di Malaysia. Kembali ke Indonesia, ia bergabung dengan Bank Muamalat lalu dua tahun kemudian ikut mendirikan Asuransi Takaful dan reksadana syariah.

Ditemui di sela-sela Rakernas dan Temu Alumni Nasional ESQ di Bukittingi, Sumatra Barat, belum lama ini, Syafii menceritakan panjang lebar soal ekonomi syariah ini. Berikut petikan wawancaranya.

Ekonomi syariah dalam beberapa tahun terakhir tumbuh cepat, tapi dari segi kontribusi masih kecil. Tanggapan Anda?

Kalau kita runut perjalanan ekonomi syariah di Indonesia, baru berusia sekitar 15 tahun dengan enam tahun terakhir berkembang cepat. Ekonomi syariah mendapat tantangan cukup kuat karena sikap umat Islam sendiri yang memandang sebelah mata.

Ekonomi syariah harus dipandang secara holistik tidak terbatas pada uang dan perbankan. Ekonomi syariah meliputi aktivitas ekonomi dan sosial, produksi, pemasaran, keuangan, dan perbankan. Ekonomi syariah akan berkembang pesat apabila didukung semua komponen.

Pertama, secara conseptual development membutuhkan kajian ulama, pemikir, dan cendekiawan agar bisa menelaah nilai-nilai ekonomi syariah di dalam Alquran dan hadis. Perkembangan ekonomi syariah dalam zaman Umayah, Cordoba, dan lain-lain juga perlu dikaji.

Kedua, ekonomi syariah juga bisa berkembang baik apabila didukung kebijakan iklan, film, atau promosi lainnya yang tidak mengumbar aurat dan minuman keras. Ketiga, ulama yang sudah tahu ekonomi syariah harus giat mempromosikan produk-produk makanan dan minuman halal kepada ulama lain sehingga umat hanya mengonsumsi produk halal.

Keempat, ulama atau cendekiawan Muslim kalau ada kesempatan lebih baik menjadi pembina atau konsultan syariah agar bisa merasakan daripada di menara gading. Kelima, perbankan syariah tidak berarti tanpa pemberdayaan Koperasi Usaha Kecil dan Mikro (KUKM). Bisa saja bank syariah tidak Islami karena tidak memerhatikan KUKM.

Tak kalah pentingnya adalah sinergi dengan Timur Tengah dan negara-negara Organisasi Konferensi Islam (OKI). Sinergi ini bisa di sektor perdagangan, investasi, dan syukur-syukur terpadu mata uangnya yakni dinar.

Bagaimana dengan kontribusi perbankan syariah yang kecil hanya sekitar 2 persen dibandingkan dengan dunia perbankan pada umumnya?

Ha... ha... (tertawa). Anda ("PR"-red.) masih seperti pakar-pakar ekonomi lainnya yang menafsirkan bank syariah dan membandingkannya dengan bank konvensional. Persoalan bank syariah tidak sebatas masalah uang, melainkan juga mentalitas masyarakat.

Perbankan syariah akan berkembang apabila kita mencari nafkah secara Islami. Ekonomi syariah tergantung berapa persen kita mau mengislamkan kehidupan. Makin banyak masyarakat yang sadar dengan kehalalan produk, maka ekonomi syariah berkembang.

Demikian pula apabila kita menabung di bank syariah akan mengangkat ekonomi syariah. Kaum wanita memakai baju Muslimah atau peduli kehalalan kosmetika juga berpengaruh kepada ekonomi syaraiah.

Secara kuantitatif memang kontribusi bank syariah kepada perbankan nasional baru 1,8 persen. Akan tetapi, kalau kita bicara kesadaran masyarakat tentang ekonomi syariah, sudah jauh lebih besar. Banyak perguruan tinggi yang sudah mengajarkan ekonomi syariah seperti IAIN dan UIN, UI, Unair, UGM, Unpad, dan lain-lain.

Untuk penyelesaian sengketa ekonomi syariah oleh Pengadilan Agama (PA), kita harus jujur akui hakim-hakim PA untuk kasus-kasus perdata/muamalah ekonomi syariah perlu pendidikan sendiri. Jadi, secara kuantitatif bisa sebutkan persentase, tapi kualitatif tidak karena terjadi pertumbuhan.

Banyak juga keluhan di masyarakat terhadap perbankan syariah ini karena menilai sistem bagi hasil ternyata lebih mahal daripada bunga?

Keluhan seperti hanya kasuistis, tergantung dengan perbankan syariah dalam mengambil margin (laba), apakah labanya kecil atau besar. Faktor efisiensi juga menentukan, layaknya perbankan konvensional lainnya.

Kinerja masing-masing bank syariah dan kedewasaan bank syariah yang bersangkutan agar pembiayaannya bisa kompetitif. Tidak semua bank syariah pembiayaannya lebih mahal daripada bank konvensional karena hanya satu atau dua bank syariah yang mahal, tapi banyak juga yang baik. Kalau bank syariah bisa menampilkan keindahan Islam, masyarakat akan memilih.

Kira-kira pada tahun berapa perbankan syariah bisa memberi kontribusi signifikan terhadap ekonomi nasional?

Kalau bicara seperti itu, perbankan syariah baru terasa dari segi moneter apabila kontribusinya di atas 10 persen. Meski bank syariah sudah hadir 15 tahun lalu, tapi percepatannya baru antara tahun 2000-2001. Saya perkirakan kontribusi bank syariah bisa mencapai 10% pada tahun 2011-2012.

Banyak pihak menganggap perbankan syariah kurang berkembang karena pemerintah kurang menggarap sektor riil secara serius. Pendapat Anda?

Saya bagian dari bangsa Indonesia. Kita harus jujur mengakui pemerintah belum serius menggarap KUKM akibat organisasi pemerintah tidak terorganisasi dengan baik. Meneg UKM masih tergantung dananya dari Departemen Keuangan.

Belum lagi banyaknya program pemberdayaan KUKM yang tidak terorganisasi yakni ada di BUMN, pemda, maupun departemen di luar kewenangan Meneg KUKM. Jadi, ada KUKM yang bisa menerima pembinaan berkali-kali dari instansi berbeda-beda, tapi yang lain tidak.

Di AS ada lembaga bernama Small Business Administration (SBA) yang langsung di bawah presiden untuk mengordinasikan seluruh KUKM dari pembinaan, pembiayaan dll. Indonesia bisa meniru dengan membentuk lembaga semacam SBA.

Masalah di Indonesia bertambah pelik karena alokasi kredit perbankan sebesar 20 persen untuk KUM sudah dihilangkan. Hilangnya keharusan mengalokasikan 20 persen itu akibat desakan dari usaha-usaha besar. Belum lagi dengan sikap bank yang ingin mudah dalam menyalurkan kredit. Kalau soal mudah, memang benar karena kredit Rp 1 miliar bila dibagikan 1 juta, maka perlu 1.000 orang, sedangkan pengusaha besar cuma seorang. Ngurus 1.000 orang kan lebih susah

Pemerintah harus memiliki political will yang jelas soal KUKM ini. Yang paling mahal adalah pembinaan KUKM selain bantuan biaya modal. Bagaimana KUKM mendapat pelatihan agar bisa mendiri dan jaringan dengan usaha besar untuk pemasaran.

Para alumni ESQ yang tergabung dalam Forum Komunikasi Alumni (FKA) menggulirkan program pemberdayaan ekonomi bernama "Lentera 165" bekerja sama dengan Tazkiya. Bisa diceritakan programnya?

Program ini didorong oleh kenyataan jumlah penduduk miskin mencapai 40 juta. Sesungguhnya angka versi pemerintah tersebut adalah angka "bodong" karena dengan mengambil asumsi kalori setara dengan pendapatan Rp 152.000,00 per bulan. Kalau kita naikkan angka standar tersebut, jumlah kemiskinan naik. Misalnya, minimal pendapatan Rp 500.000,00 per bulan maka 60 persen penduduk Indonesia adalah miskin atau lebih dari 120 juta jiwa.

Lentera 165 merupakan kombinasi dari berbagai hal, baik kebijakan pemerintah maupun aksi nyata di lapangan yang dilakukan oleh lembaga-lembaga di masyarakat seperti FKA ESQ. Kepedulian FKA ESQ diwujudkan dengan mengajak Tazkiya yang sudah terbiasa dengan makro dan mikro dengan syariah dan UKM.

ESQ punya basis alumni dan keuangan dan Tazkiya dalam pemberdayaan KUKM dan ekonomi syariah sehingga kita sinergikan. Kita menggulirkan usaha kecil disertai dengan pembinaan terintegrasi moral dan spiritual.

Awalnya kita mencari nasabah-nasabah BaitulMaal Wat-Tamwil (BMT ) yang sudah ada dan minta kembangkan yang lebih luas lagi. Misalnya, dari modal seorang pedagang Rp 500.000,00, kita tambah menjadi Rp 1 juta. Selain dana, mekanisme kontrol kita buat dengan kerja sama LSM yang sudah terbiasa membina KUKM di daerah-daerah.

Dalam praktiknya, setiap lima orang pengusaha kecil dibuat satu kelompok dengan satu supervisor sebagai pengawas. Supervisor juga untuk memastikan tiap kelompok kumpul di masjid atau musala untuk membicarakan masalah di lapangan sekaligus mengembalikan cicilan modal yang didapatnya. Lentera 165 menggunakan beberapa model, termasuk model Grameen Bank yang sudah dimodifikasi.

Bagaimana dengan tingkat pengembalian bantuan modal bergulir ini?

Alhamdulillah 90 persen bantuan dari Lentera 165 bisa kembali dananya bahkan ada yang sudah beberapa guliran. Jumlah penerima seluruhnya 2.000 pengusaha kecil dengan jumlah bantuan Rp 300.000,00 sampai Rp 700.000,00. Kalau sudah dipercaya, jumlah bantuan dinaikkan sehingga sudah ada yang Rp 2 juta bahkan ada juga yang sudah minta Rp 10-13 juta. (Sarnapi/"PR")***



Sumber : http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2007/032007/04/99akhirpekan.htm

0 komentar:

Posting Komentar

Liputan Informasi Umum & Syari'ah

Liputan Informasi Koperasi Ekonomi Syariah Kemenneg KUKM Bank Syariah Dalam Negeri Informasi iB Kebijakan Bank Komunitas Dinas Koperasi dan UKM Politik Ekonomi Mikro Koperasi Syariah Bank indonesia Internasional Republika Online BMT Berbagi Pengalaman Resensi Buku APBN LKM Pasar Tradisional Pembiayaan Asbanda Asbisindo Bank Muamalat Indonesia (BMI) Bank Umum Syari'ah (BUS) Karir Manajemen Motivasi Perbanas Perbankan Syari'ah Bank Indonesia Perbarindo RAPBN Riba Suku Bunga ATM Ahad-Net International Al Ijarah Finance (Alif) Antara Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia (APLI) BBM Bersubsidi BNI Syari'ah BPH Migas BPPN BPRS BTN Syari'ah Bagi Hasil Bank Pembangunan Asia (ADB) Bank Pembangunan Islam (IDB) Beras Cerita Sukses DPR Dinar dan Dirham Exer Indonesia GAIKINDO GS Engineering Contruction Corp Gross Tones (GT) Gula Industri Kecil Joint Financing Auto Muamalat K-link Kelompok Bank Indonesia Kerjasama Konversi Bank Syariah Koperasi Internasional Korea investment dan Securities Co Korean Association of Church Communication Kredit Usaha Rakyat Lembaga Penjamin Simpanan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Menteri ESDM Menteri Koordinator Perekonomian Menteri Perdagangan Menteri Perindustrian Minyak Tanah Multi Level Marketing Syari'ah(MLMS) Nasabah Nelayan Obligasi Syari'ah Offshore Corporate Service One Day Approval Organisasi Buruh Internasional (ILO) Otomatif PDB PNBP Pameran Pasar Petisah Medan Pastor Pemegang Saham Pendidikan Perbankan Perikanan Pertamina Premium Produk Properti PusKopSyah BMT Sumut Real Estate Real Time Online SBI SUKUK Situs Berita APIndonesia.Com Solar Sorak Finanial Holdings Pte Ltd Tabungan Tehnologi Teroris Tim Keuangan Syari'ah Korea UFO BKB Uang Palsu Unit Jasa Keuangan Mikro Unit Usaha Syari'ah Utang Indonesia